
source : imdb
- Directed by: Ingmar Bergman
- Produced by: Allan Ekelund
- Written by: Ingmar Bergman
- Starring: Max von Sydow, Gunnar Bjornstrand, Bengt Ekerot, Nils Poppe, Bibi Andersson, Inga Landgre, Ake Fridell
- Music by: Erik Nordgren
- Cinematography by: Gunnar Fischer
- Editing by: Lennart Wallen
- Country: Sweden
- Language: Swedish
- Running Time: 96 minutes
“Dan, ketika Anak Domba membuka segel yang ketujuh, ada kesunyian di surga kira-kira setengah jam lamanya.”
[Wahyu 8:1]
Seseorang pernah saya dengar telah berkata bahwa perjalanan bisa diartikan menjadi dua, perjalanan badani dan rohani, perjalanan badani adalah perjalanan yang biasa kita lakukan sehari-harinya, perjalanan rohani adalah pencarian jiwa akan kebenaran yang sejati. Perjalanan pencarian akan eksistensi Tuhan, dan macam-macam sejenisnya yang membutuhkan kontemplasi mendalam, tidak hanya serta merta berpikir dan berkesimpulan tapi juga perenungan panjang, yang mungkin tidak akan tuntas sampai ajal menjemput.
Bicara tentang perjalanan, Antonius Block (Max Von Sydow) adalah ksatria perang salib yang telah lelah bertempur. Tak dijelaskan bagaimana perangnya yang jelas film ini dimulai dengan Antonius bersama temannya Jons memulai perjalanan pulang ke rumah setelah bertempur sekian lama. Di awal cerita, Antonius telah didatangi oleh Kematian (Bengt Ekerot). Namun, Antonius tidak mau, raganya memang siap untuk mati, tapi jiwanya tidak, ia punya banyak pertanyaan pada Tuhan.
Block tidak mau mati sebelum mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, ia menantang Kematian untuk bermain catur. Beruntungnya, Sang Kematian sangat sibuk, sehingga setiap satu atau dua langkah ia harus pergi meninggalkan permainan. Ini memberikan waktu bagi Antonius untuk tetap hidup.
Block dan Jons melanjutkan perjalanan hingga tiba di sebuah gereja, di sana Block melakukan prosesi pengakuan dosa. Ketika bercerita tentang pertemuannya dengan Kematian dan menantangnya bermain catur, juga bagaimana strategi yang ia bangun, belakangan diketahui ternyata yang melayaninya pengakuan dosa adalah si Kematian itu sendiri. Block jadi geram. Ia sejujurnya takut pada kematian bukan takut pada kematian raga, tapi takut pada ‘kesunyian surga’ ia takut karena pertanyaan-pertanyaannya yang selama ini belum terjawab. Hidupnya kosong belaka.
Kalau kita menganggap pemikiran Block ini sebegitu cengengnya, maka sebenarnya yang terjadi tidaklah sedemikian cengeng jika kita menempatkan diri kita pada abad pertengahan itu dimana wabah pes menyerang tidak ada obat, dan gereja yang saat itu sangat berkuasa mengatakan bahwa wabah penyakit ini dikarenakan murka Tuhan, azab dari Tuhan karena banyak manusia yang tidak taat padaNya.
Sementara di tempat lain Jof adalah seoran penghibur keliling memiliki keluarga kecil nan bahagia, seorang istri dan anak. Ia juga punya seorang teman seprofesi bernama Jonas, mereka biasa tampil dimana saja yang membutuhkan hiburan. Mereka mimiliki karavan tempat mereka berkeliling, sekaligus menjadi rumah tempat tinggalnya
Setelah dari gereja Block mendapati seseorang yang diduga disemayami iblis sedang disucikan oleh seorang pendeta, ia hendak dibakar hidup-hidup. Padahal wanita tersebut (saya kira) sedang menderita penyakit pes, saat itu pes menjadi wabah yang belum ada obatnya yang membuat sebagian besar penduduk mengungsi ke daerah lain. Desa tempat Block dan Jons singgah ini sudah ditinggalkan oleh sebagian warganya karena wabah pes. Tinggal beberapa saja. di desa ini Jons mendapat seorang perempuan untuk diajaknya di perjalanan.
Sementar Jof dan istrinya sedang memainkan sandiwara komedi di panggung, temannya berselingkuh dengan seorang istri pandai besi bernama Plog. Plog mencari istrinya dan bertemu Jons, Plog yang sedang mabuk pergi ke sana ke mari mencari istrinya. Jon menyuruhnya untuk pergi ke bar, siapa tahu istrinya ada di sana. sampai di bar, Plog memang bertemu Jof, tapi tidak dengan Jonas, pelawak teman Jof yang membawa kabur istri Plog. Di bar tersebut malah Jof yang harus dibully oleh pengunjung yang lain karena ia seorang pelawak, dan diancam akan dibakar bila tidak mau melakukan yang diminta. Beruntung Jof diselamatkan oleh Jon yang saat itu juga memutuskan untuk pergi ke bar.
Block yang sedang berdiam diri di padang rumput dekat hutan bertemu dengan Mia dan Mikael, istri dan anak Jof. Mereka berbincang beberapa saat dan tak lama kemudian Jof pulang dengan kelelahan, tapi lelahnya sirna ketika dilihatnya Block ada di sana, mereka bertiga menikmati susu dan strawberry hutan yang dipetik Mia sampai Jons dan gadisnya datang. Setelah mereka berkumpul dan bersenang-senang, akhirnya mereka memutuskan untuk melewati hutan bersama-sama, agar lebih aman. Sesaat sebelum mereka memutuskan berangkat, Block masih sempat melanjutkan permainan caturnya melawan Kematian. Ketika mereka akan berangkat memasuki hutan, Plug ternyata juga ingin ikut bersama-sama dengan mereka menyeberangi hutan. Plug yang masih juga menangis karena istrinya pergi akhirnya tetap diajak dengan syarat tak boleh menangis terus-terusan.
Di dalam hutan, tanpa sengaja rombongan Block ini ternyata bertemu dengan Jonas dan Lisa, istri Plug. Di sini drama perebutan wanita ini berlangsung sengit dan berakhir dengan kembalinya Lisa ke Plug, sedang Jonas memilih berpura-pura mati dengan menusukkan pisau mainannya ke dada. Jonas naik ke pohon untuk beristirahat, tanpa ia ketahui ternyata Kematian sedang menggergaji pohonnya, dan Jonas pun mati karena jatuh dari pohon.
Ketika malam tiba, rombongan Block bertemu dengan rombongan ksatria dan gereja yang sedang membawa wanita yang katanya dirasuki iblis di awal film tadi. roda karavan mereka terjebak lubang, dan Jons membantunya. Di sini Block yang merasa kasihan pada si wanita, memberinya makan sesuatu yang kata Block bisa menyingkirkan rasa sakit sebelum wanita tersebut dibakar hidup-hidup.
Setelah melewati rombongan ksatria dan gereja itu, block dan rombongannya beristirahat. Di sini akhir permainan catur Block melawan kematian ditentukan. Di sini pula Jof mengetahui kalau Block sedang bermain catur melawan Kematian, hingga akhirnya ia dan keluarganya memutuskan untuk memisahkan diri dari rombongan dan kabur.
Akhirnya Block dan kawan-kawannya sampai di rumahnya. Di rumahnya ternyata Karin, istrinya, masih setia menunggunya meski penduduk yang lain sudah pergi mengungsi dari wabah penyakit pes. Di rumah ini pula ketika istri Block sedang membaca kitab Wahyu, pintunya diketuk oleh Kematian. Kematian telah datang menjemput mereka, sedang Jof dan keluarganya melihat bagaimana mereka semua, Block dan Karin, Jon dan gadisnya, Plug dan Lisa, sedang bersama sama dengan Kematian menarikan tarian kematian.
***
The Seventh Seal adalah film karya Ingmar Bergman yang memiliki kesamaan tema dengan banyak filmnya yang lain, yaitu tentang: God’s Silence. Bergman, sutradara asal Swedia tersebut, senang sekali menyinggung tentang Tuhan yang selalu diam, meski Ia melihat bahwa kehidupan ini penuh dengan absurditas, kejahatan, dan penderitaan. Hal tersebut terlihat dari karya-karya lainnya sepertiThe Virgin Spring (1960), Through The Glass Darkly (1961), Winter Light (1962), dan The Silence(1963).
Pertama, setting waktu di film ini ada pada abad pertengahan, atau sering diplesetkan menjadi abad kegelapan, disebut abad pertengahan karena seolah-olah ratusan tahun yang membentang dari abad 14 ke abad 17 merupakan abad pergeseran atau waktu di antara dua jaman paling beradab sepanjang sejarah manusia. Mengapa begitu? Abad pertengahan adalah abad dimana gereja sangat berkuasa. Hal ini dipicu karena bangkitnya kristianitas yang pernah ditekan sedemikian hebat sejak jaman kekaisaran Roma. Ketika Konstantin, memeluk agama Kristen, maka kekuasaan Romawi pelan-pelan runtuh.
Kristianitas atau kehidupan rohani di Eropa ketika abad pertengahan sedemikian kuatnya sampai-sampai teologi tidak hanya berpengaruh hanya pada ajaran hidup, tapi juga mencakup politik, sains, filsafat, di bidang filsafat misalnya, tidak boleh ada kegiatan nalar atau pemikiran yang menyimpang dari ajaran keagamaan, ketika ini Thomas Aquinas yang berhasil menyelaraskan pemikiran Aristoteles dan gereja kristen menjadi salah satu filsuf berpengaruh pada zamannya setelah Augustinus yang menggerakkan kekristenan era patristik, juga ada Botheus dengan karya Quadriumnya. Begitu juga di bidang sains, ketika gereja memutuskan geosentris lebih benar ketimbang heliosentris maka siapa saja yang lebih mempercayai heliosentris akan dianggap bertentangan dengan gereja.
Di abad pertengahan ini juga terjadi perang yang dipercayai sebagai perang paling berdarah sepanjang sejarah umat manusia, yakni perang salib. Juga munculnya wabah pes. Yang mana dua hal ini menjadi titik tolak dan fokus dari film ini. Pertama tokoh-tokoh dan ksatria yang ada di film ini tak lepas dari ksatria templar yaitu Antonius Block sendiri yang seorang cendekiawan, ksatria, pemikir, sekaligus bangsawan. Tak ada yang salah dengan Block tak ada yang rusak dengan moralnya, ia hanyalah seorang peziarah yang benar-benar murni karena keingintahuan membuatnya tak siap menghadapi kematian yang datang padanya di suatu sore di musim yang lalu~.
Sedangkan pengawalnya, Jon, adalah seorang yang sudah tak tertarik lagi pada masalah ketuhanan, ia sangatlah cerdas, bisa diandalkan dalam pertempuran jarak dekat, berani dan tangguh. Tapi ya itu tadi Jon seorang yang cenderung dingin, sinis dan nihilistik. Beranggapan dunia sudah begitu absurd dan yang perlu dicari adalah kesenangan indrawi. Seperti ketika ia menyelamatkan gadis dari seorang perampok Jon berkata, “I could have raped you. But, just between us, I’m tired of that kind of love. It’s dry in the long run.”
Sedangkan Jof sendiri dan istrinya Mia yang mana adalah seorang penghibur keliling adalah orang-orang yang memilih berpikir sederhana ketimbang Jon dan Block. Jof bercerita pada istrinya sering melihat keajaiban-keajaiban, istrinya tak menganggapnya serius sampai ketika Jof melihat sendiri sosok Kematian, mereka memutuskan berpisah dari rombongan. Jof sendiri tak pernah mengira bahwa penglihatan-penglihatannya itu (terutama ketika di awal film melihat Maria) adalah semacam keajaiban yang selama ini dicari oleh Block.
Seventh Seal atau materai ketujuh atau bisa disebut segel ketujuh disebut sebut dalam kitab Wahyu pasal 8 ayat pertama. Di kitab itu pula dijelaskan kemunculan the four horsemen, tentang bencana hari akhir, tiupan sangkakala, dan sebagainya. Bergman hanya mengutip segel ketujuh, tentang anak domba Allah yang membuka segel dan seketika surga sunyi selama setengah jam lamanya. Kesunyian itulah yang ditakuti oleh Block. Ia telah melihat begitu banyak bencana selama berperang ditambah lagi ia harus menyaksikan desanya terkena wabah pes ketika pulang dari perang. Meski tak dijelaskan perang yang mana, karena memang bukan itu sorotan utamanya. Sorotan yang diambil Bergman adalah mengapa Tuhan diam melihat begitu banyak bencana yang terjadi? Kediaman Tuhan inilah yang menjadi konsentrasi pertanyaan-pertanyaan Block. Ini yang menyebabkan Block menjawab, “my body is ready but im not.” Di sini menggambarkan bahwa ingin percaya tapi tidak bisa karena rasa penasarannya pada pengetahuan.
Antonius Block: Who are you?Death: I am Death.Antonius Block: Have you come for me?Death: I have long walked by your side.Antonius Block: So I have noticed.Death: Are you ready?Antonius Block: My body is ready, but I am not.
Ada dua katarsis yang tertangkap dalam film ini, yang pertama adalah saat Block mengaku dosa di sebuah gereja yang dikunjunginya. Meski akhirnya ia mengetahui bahwa Kematianlah yang menyaksikan pengakuannya dan ia mengatakan Kematian telah berbuat curang karena telah mendengar teknik catur yang ia gunakan, tapi ia mengaku sebenar-benarnya apa yang tengah dirasakannya. Kedua adalah pembakaran seorang wanita yang dituduh penyihir oleh pihak gereja. Segala sesuatu yang dilakukan gereja adalah benar, maka ketika wanita tersebut dianggap dirasuki roh jahat bukan terkena penyakit atau apa penyucian adalah jalan satu-satunya yang harus dilakukan.
Kekuasaan agama juga tersirat ketika Jof usai melakukan pertunjukan dan dilihatnya kaum fagella tengah ‘berkampanye’ tentang hari akhir dan wabah yang melanda desa adalah bentuk hukuman dari Tuhan karena banyak warga desa yang belum dikristenkan.
Franz Magnis Suseno dalam bukunya Menalar Tuhan berkata bahwa, kejahatan, bencana dan penderitaan yang ada di dunia adalah tantangan bagi orang-orang yang percaya akan adanya Tuhan. Hal ini pula yang disebut oleh Gottfried Wilhelm Leibniz sebagai teodisea, atau pembenaran Tuhan. Artinya, ketika bencana, penderitaan dan kejahatan terjadi di dunia ini maka hal tersebut sangat bertentangan dengan sifat-sifat Tuhan yang maha baik, maha benar, maha pengasih dan lain sebagainya sehingga seakan-akan Tuhan perlu dibenar-benarkan dengan menafsirkan apapun penderitaan yang terjadi adalah kehendakNya. Bisa ditafsirkan sebagai hukuman, ujian, hidayah, azab, atau apapun.Block menanyakan hal yang sama yang ditanyakan nabi Ayub di alkitab, “Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku… Aku berseru minta tolong kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menjawab; aku berdiri menanti, tetapi Engkau tidak menghiraukan aku… Anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku.. Semuanya itu sama saja, itulah sebabnya aku berkata: Yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya.” (Ayub 10,1;30,28;4;9,22). Kalau saya tidak salah membaca, jawaban-jawaban pertanyaan tersebut juga telah tersedia di sana.Pertanyaan tentang bagaimana Allah bisa mengijinkan penderitaan terjadi, pernah dijawab oleh Epikuros dua ribu tahun yang lalu. Ada empat kemungkinan, katanya:
- Allah mau menghapus keburukan di dunia, tetapi tidak mampu;
- Allah mampu, tetapi tetapi ia tidak mau;
- Allah tidak mau dan tidak mampu;
- Allah mau dan mampu;
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu diajukan secara implisit oleh Block dalam perjalanan spiritualnya pasca kedatangannya kembali ke Swedia, yang terutama dipicu oleh Perang Salib dan Wabah Pes. Teologi agama-agama Abrahamistik mencoba menjawab persoalan penderitaan dengan beberapa jawaban yang diringkas oleh Franz Magnis-Suseno:
- Penderitaan adalah hukuman Allah atas dosa-dosa orang yang bersangkutan.
- Penderitaan akan diimbangi oleh ganjaran di surga.
- Melalui penderitaan, Allah mencobai mutu manusia; hanya manusia yang bertahan dalam penderitaan pantas untuk menerima kebahagiaan abadi di surga.
- Penderitaan memurnikan hati, jadi bernilai secara moral.
- Dilihat sebagai keseluruhan, dunia yang ada penderitaannya adalah lebih baik daripada yang tidak ada penderitaannya.
- Manusia tidak seimbang dengan Allah; karena itu ia tinggal menerima saja segala apa yang terjadi sebagai kehendak Allah dengan tak perlu bertanya, apalagi berprotes.
Pernyataan-pernyataan tersebut tentu saja bukan dalam rangka menjawab pertanyaan besar dalam film ini –walaupun bisa saja-. Namun titik beratnya adalah sikap dan cara berpikir Block yang sepertinya tidak puas oleh penjelasan-penjelasan di atas. Pada akhirnya, dalam interpretasi Bergman, seolah-olah manusia hanya bisa menerima kenyataan bahwa “Tuhan diam”, atau dalam bahasa teologis (poin terakhir), “Ia tidak mau bicara pada manusia karena manusia tidak seimbang, ia harusnya cuma menerima saja.” 1
Catur adalah permainan kematian, hidup dan mati, hitam dan putih, maka ketika Block menantang bermain catur sesungguhnya ia tahu pasti akan kalah, ia tahu bagaimanapun Kematianlah yang akan memenangkannya. Kalau mengutip Chairil Anwar, “Hidup hanyalah menunda kekalahan” maka tepat sekali yang dilakukan Block hanyalah menunda kematiannya. Ia hanya ingin memenuhi kehausannya kan pengetahuan ilahi.
Antonius Block: I want knowledge! Not faith, not assumptions, but knowledge. I want God to stretch out His hand, uncover His face and speak to me.Death: But He remains silent.Antonius Block: I call out to Him in the darkness. But it’s as if no one was there.Death: Perhaps there isn’t anyone.Antonius Block: Then life is a preposterous horror. No man can live faced with Death, knowing everything’s nothingness.Death: Most people think neither of death nor nothingness.Antonius Block: But one day you stand at the edge of life and face darkness.Death: That day.Antonius Block: I understand what you mean.
Di perjalanan dalam hutan yang gelap bisa juga diartikan sebagai jalan pencerahan, di mana satu persatu masalah tiap tokoh diselesaikan dan dihadapkan pada pilihan. Jof yang memilih kabur akhirnya selamat dari kematian meski harus menghadapi badai, artinya ia memang belum ditakdirkan untuk mati. Sedangkan rombongan Block meski sampai pada tujuan tetap harus mati sesuai dengan yang dijanjikan. Kematian seakan menuruti penundaan kematian Block dengan rencana sesampainya di kastilnya dimana mereka telah berkumpul, Kematian dapan mengambil hidup mereka sekaligus, semuanya. Di akhir film juga diperlihatkan bagaimana ketika tokoh yang lain bergembira menyongsong kehidupannya, sedang Block malah menangis ketakutan karena ia merasa pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan belum terjawab. Bersama mereka akhirnya menarikan tarian kematian. Dan Jof tersenyum bersama istrinya.
Ingmar Bergman beranggapan bahwa di antara puluhan atau ratusan karyanya ini adalah film yang menjadi salah satu favoritnya sendiri, beberapa artikel yang saya temui juga menunjukkan bahwa Bergman sendiri menulis film ini dalam keadaan galau. Tak hanya didukung teknik pengambilan gambar yang suram, terasa begitu gloomy, scoring musiknya juga sangat ‘kurang ajar’. Dan terutama adalah dialog-dialognya yang bukan hanya tak ada yang sia-sia tapi juga mengandung pesan yang sarat makna.
Pada akhirnya The Seventh Seal (1957) tidak mungkin saya rekomendasikan sebagai teman minum kopi, ini film yang serius dan butuh perhatian khusus (saya tiga kali menontonnya untuk benar-benar mengerti maksud dari film ini). Bagi beberapa orang mungkin film ini tidak sekultus Persona (1966) atau The Silence (1958) tapi mengingat bagaimana makna dari film ini, saya kira masih tetap kultus untuk jaman sekarang. Bagaimanapun pertanyaan-pertanyaan dan dialog yang terjadi di sini adalah tantangan berpikir bagi manusia, baik yang percaya atau memilih untuk tidak percaya akan keberadaan Tuhan, baik yang fanatik reliji atau pemuja sains, yang sebaiknya dilakukan adalah menghindari pertengkaran dengan mengedepankan rasionalnya masing-masing. Meskipun tentu saja pada akhirnya perbedaan-perbedaan tersebut akan menemukan jalan pulangnya masing-masing.
Ngomong-ngomong, posisi catur di akhir film raja dilukir, sepengetahuan saya, teknik lukir/rokade ini baru diresmikan saat abad ke14 atau 15. sedang perang salib baru berakhir pada abad 14 dan wabah hitam sudah ada pada abad ke 13 dan berakhir di abad 14.
***
2Quote :
Antonius Block: Is it so terribly inconceivable to comprehend God with one’s senses? Why does he hide in a cloud of half-promises and unseen miracles? How can we believe in the faithful when we lack faith? What will happen to us who want to believe, but can not? What about those who neither want to nor can believe? Why can’t I kill God in me? Why does He live on in me in a humiliating way – despite my wanting to evict Him from my heart? Why is He, despite all, a mocking reality I can’t be rid of?***Antonius Block: We must make an idol of our fear, and call it god.***Antonius Block: I want knowledge! Not faith, not assumptions, but knowledge. I want God to stretch out His hand, uncover His face and speak to me.Death: But He remains silent.Antonius Block: I call out to Him in the darkness. But it’s as if no one was there.Death: Perhaps there isn’t anyone.Antonius Block: Then life is a preposterous horror. No man can live faced with Death, knowing everything’s nothingness.Death: Most people think neither of death nor nothingness.Antonius Block: But one day you stand at the edge of life and face darkness.Death: That day.Antonius Block: I understand what you mean.***Antonius Block: I shall remember this moment: the silence, the twilight, the bowl of strawberries, the bowl of milk. Your faces in the evening light. Mikael asleep, Jof with his lyre. I shall try to remember our talk. I shall carry this memory carefully in my hands as if it were a bowl brimful of fresh milk. It will be a sign to me, and a great sufficiency.***Antonius Block: I want to confess as best I can, but my heart is void. The void is a mirror. I see my face and feel loathing and horror. My indifference to men has shut me out. I live now in a world of ghosts, a prisoner in my dreams.***Antonius Block: Who are you?Death: I am Death.Antonius Block: Have you come for me?Death: I have long walked by your side.Antonius Block: So I have noticed.Death: Are you ready?Antonius Block: My body is ready, but I am not.***[Antonius Block lets Death choose which chess pieces to play]Antonius Block: You drew black.Death: Appropriate, don’t you think?***Antonius Block: Faith is a torment. It is like loving someone who is out there in the darkness but never appears, no matter how loudly you call.***Jöns: Love is as contagious as a cold. It eats away at your strength, morale… If everything is imperfect in this world, love is perfect in its imperfection.Blacksmith Plog: You’re happy, you with your oily words. You believe your own twaddle.Jöns: Believe it? Who said? But I love to give pieces of advice.***Antonius Block: This is my hand. I can turn it. The blood is still running in it. The sun is still in the sky and the wind is blowing. And I… I, Antonius Block, play chess with Death.***Mia: You don’t look so happy.Antonius Block: No.Mia: Are you tired?Antonius Block: Yes. I have boring company.Mia: You mean your squire?Antonius Block: No, not him.Mia: Who do you mean, then?Antonius Block: Myself.***Jöns: Love is the blackest of all plagues… if one could die of it, there would be some pleasure in love, but you don’t die of it.***Antonius Block: They say you have consorted with the devil?Witch: Why do you ask that?Antonius Block: It’s not out of curiosity, but because of utterly personal reasons. I would also like to meet him.Witch: Why?Antonius Block: I want to ask him about God. He must know. He, if anyone.***Girl: It is finished.***Antonius Block: Nothing escapes you!Death: Nothing escapes me. No one escapes me.***Death: Don’t you ever stop asking?Antonius Block: No. I never stop.Death: But you’re not getting an answer.***[Death approaches Antonius Block]Antonius Block: Wait a moment.Death: You all say that. But I grant no reprieves.***[the church painter explains why he is painting a mural about death]Church Painter: Why should one always make people happy? It might be a good idea to scare them once in a while.Jöns: Then they’ll close their eyes and refuse to look.Church Painter: They’ll look. A skull is more interesting than a naked woman.Jöns: If you do scare them…Church Painter: Then they think.Jöns: And then?Church Painter: They’ll become more scared.***Death: Ingenting undgår mig. Ingen undgår mig.***Jöns: It’s hell with women and hell without women. No matter how you reason it seems like the logic thing to do is to kill them while it’s still fun.Blacksmith Plog: Bickering and swill!Jöns: Screaming babies and diapers full of piss!Blacksmith Plog: Sharp nails and malice!Jöns: Scuffle, fits and the devil’s aunt as a mother in law!Blacksmith Plog: And then when you’re going to sleep…Jöns: Then they change they’re tune!Blacksmith Plog: Tears, complaints and wailing to high heaven!Jöns: “Why won’t you kiss me good night?”…Blacksmith Plog: “Why won’t you sing a song?”…Jöns: “How come you don’t love me like when we first met?”…Blacksmith Plog: “Why aren’t you looking at my new shift?”…Jöns: “Just turn your back and snore!”…Blacksmith Plog: Damn it!Jöns: Damn it! Now she’s gone; Rejoice!***Death: When next we meet, the hour will strike for you and your friends.Antonius Block: And will you reveal your secrets?Death: I have no secrets.Antonius Block: So do you know nothing?Death: I am unknowing.***Antonius Block: I met Death today. We are playing chess.***[watching a young woman get burned at the stake]Jöns: Who will take care care of that child? Is it the angels or God or Satan or the emptiness? The emptiness, Sire?Antonius Block: It can’t be so!***Blacksmith Plog: Hey Jöns, purely confidential, isn’t life quite…?Jöns: [interrupts Plog] Yes, it is… but don’t think about that now.Blacksmith Plog: [to himself] It’s ludicrous, that’s what it is.***Jöns: Love is nothing but lust and cheating and lies.***[Jonas Skat is in a tree which Death is cutting down]Jonas Skat: Hey, you scurvy knave, what are you doing with my tree? You might at least answer. Who are you?Death: I’m felling your tree. Your time is up.Jonas Skat: You can’t. I haven’t time.Death: So you haven’t time?Jonas Skat: No. My performance…Death: Cancelled… because of Death.***[In response to Death coming for him]Jonas Skat: Is there no exemption for actors?***Jöns: Our crusade was such madness that only a real idealist could have thought it up.***Jonas Skat: Kill me. I’ll thank you afterwards.***Jof: And the strict lord Death bids them to dance.***Jöns: Only fools die of love.***Jöns: But feel, to the very end, the triumph of being alive!***Jöns: Between a scarlet woman’s knees, a man like me can take his ease.***Jöns: Do you have any brandy? I’ve had nothing but water. It’s made me as thirsty as a camel in the desert.***Jöns: It’s hell with women, and hell without. Best to kill them all while the fun lasts.***Blacksmith Plog: I’m going to pinch them in the nose with my pliers. I’m going to pound them on the chest with my little hammer. I’m going to crack them lightly on the head with my sledgehammer
***
3Trivia :
Much of the film’s imagery is derived from medieval art. For example, Bergman has stated that the image of a man playing chess with a skeletal Death was inspired by a medieval church painting from the 1480s in Täby kyrka, Täby, north of Stockholm, painted by Albertus Pictor.
The name of the character played by Gunnel Lindblom is never given and she speaks no lines in the film until the penultimate scene where she has the final line of the group being taken by Death: “It is finished.”
Some Shot :
Link :
Posting Komentar