Before Sunrise merupakan film drama romantis dengan hanya menampilkan 2 tokoh
utama. Tidak ada konflik dalam film
berdurasi 100 menit ini. Sepanjang film, kita hanya akan disuguhi scene
ngobrol ringan seorang gadis dan pemuda
sambil jalan-jalan dan sesekali mampir minum atau makan di bar atau restoran.
Terkesan membosankan yha? Tapi ditangan sutradara Richard Linklater film ini berhasil menjadi sebuah film yang sangat
menyentuh, romantis, manis, dan menyenangkan untuk ditonton sehingga durasi 100
menit terasa amat sangat singkat bagi saya karena saking berhasilnya film ini membawa
saya dalam ceritanya.
Celine (Julie Delpy)
seorang gadis asal Prancis sedang berada dalam sebuah kereta untuk kembali ke
Prancis dimana dia berkuliah setelah mengunjungi neneknya di Budapest. Didalam
kereta itu secara tidak sengaja dia bertemu dengan seorang pria asal Amerika
bernama Jesse (Ethan Hawke) yang sedang melakukan perjalanan menuju ke Vienna
untuk mengejar penerbangan pulang ke Amerika. Mereka lalu mulai mengobrol dan
ternyata mereka merasa cocok satu sama lain. Saat kereta itu berhenti di
Vienna, Jesse mengajak Celine untuk turun bersama dia dan menghabiskan waktu
selama sehari mengelilingi Vienna sebelum keesokan paginya (before sunrise) Jesse akan terbang kembali ke Amerika. Dan
momen berharga yang tak akan pernah mereka lupakan mulai terjadi. Satu malam
yang akan terngiang selalu. Satu malam penuh romantis, penuh canda, dan penuh
akan cinta. Satu malam untuk selamanya. One night stand, mungkin ada yang
menganggapnya semacam itu. Sebuah malam yang mereka rasakan jangan sampai
pernah berakhir karena mungkin mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Satu
malam dimana mereka sama-sama menemukan cinta yang mungkn bisa dibilang cinta
sejati.
Apakah Jesse dan Celine memang ditakdirkan
bertemu namun tidak ditakdirkan bersama? Benarkah cinta sejati mampu timbul
hanya dalam waktu semalam? Bagaimana pula sepasang kekasih bisa dikatakan cocok
satu sama lain? Semua itu tersaji dalam film
ini. Memahami film ini saya coba membayangkannya dari sudut pandang Jesse dan
Celine. Apakah pertemuan mereka adalah anugerah atau sial? Anugerah mungkin.
Bagaimana takdir mempertemukan mereka dengan seseorang yang begitu cocok, dan
menghadirkan sebuah malam terindah sepanjang hidup mereka. Atau mungkin sial?
Sial karena walaupun mereka tahu itu adalah malam terindah dan bagaimanapun
mereka mencoba berharap akan bisa kembali bertemu, tapi secara logika dan
rasional akan sulit untuk bisa bertemu lagi. Bukankah sebuah kesialan
mengetahui orang yang kita yakini sebagai cinta kita mungkin tidak akan kita
temui lagi?
Film ini mampu
menghadirkan bagaimana sesungguhnya sosok pasangan yang benar-benar cocok untuk
kita. Dimana mereka tidak harus mengatakan cinta, atau mengobral kata romantis
nan gombal. Cukup bisa cocok satu sama lain. Mengalir dalam obrolan dan sanggup
mendapatkan waktu yang efektif saat bersama. Tapi disisi lain kita juga akan
bertanya benarkan Jesse dan Celine adalah cinta sejati? Secara mereka baru
sehari berkenalan dan belum mengetahui sisi buruk yang mungkin akan menyebabkan
ketidakcocokan. Tapi bagaimana bisa pula orang yang baru sehari bertemu bisa
mempunyai chemistry dan kecocokan sedemikian kuat kalau itu bukan cinta sejati?
Salah satu faktor
pendukung kuatnya kesan yang ditimbulkan film ini adalah karena akting menawan
dari Ethan Hawke dan Julie Delpy. Mereka membangun chemistry yang begitu kuat.
Sangat jarang sebuah film drama romantis memiliki chemstry sekuat ini. Adegan
mengobrol dan berdialog di sepanjang film terasa lancar, mengalir, dan apa
adanya satu sama lain. Seringkali terjadi adegan one shoot yang menampilkan
obrolan mereka berdua yang terasa begitu mengalir. Nyaris saya percaya tidak
ada script dalam film ini. Yang saya rasakan Ethan Hawke dan Julie Delpy adalah
sepasang kekasih atau setidaknya orang yang sudah begitu dekat, lalu sang
sutradara menyuruh mereka duduk dan berjalan-jalan sembari mengobrol semau
mereka. Itu yang saya rasakan akibat begitu natural dan kuatnya chemistry yang
terbangun.
Dan itu makin
diperkuat dengan dialog cerdas yang terjadi terus menerus. Mereka menyinggung
tema obrolan yang sebenarnya begitu ringan dan jamak terjadi di kehidupan
sehari-hari tapi dikemas dengan begitu pintar dan berbobot. Bagaimana pengalaman
tentang kehidupan mereka masing-masing. Bagaiman mereka menyikapi hidup dan apa
saja momen yang terjadi dalam hidup mereka. Dan tentunya obrolan tentang cinta
juga hadir. Tapi bukan kata-kata gombal melainkan sudut pandang cinta yang
mereka punyai merekea hadirkan dengan begitu sederhana dan lugas tapi dengan
bahasa dan penyampaian yang unik. Dialog film ini punya sisi romatisme sendiri
yang begitu kuat.
Kita sungguh akan dibuat
merasakan pula bagaimana indahnya perjalanan mereka selama semalam. Kita juga
akan dibuat berat untuk membiarkan film ini berakhir sebagaimana Jesse dan
Celine merasa berat mengakhiri pertemuan mereka yang begitu indah tersebut.
Coba bayangkan bila orang yang kita sayangi mungkin tidak akan berjuma lagi
dengan kita. Tentu banyak yang terngiang. Entah itu kenangan indah, bagaimana
kabarnya? Apakah dia masih mengingat kita? Atau dia sudah mempunyai pacar lagi
dan melupakan kita? Apa kita harus tetap menyimpan memori tentangnya dan
berharap suatu hari takdir kembali mempertemukan? Atau coba berpikir rasional
dan melupakannya? Tapi bagaimana jadinya kalau kita sudah melupakannya dan
bersama orang lain dan suatu hari kita bertemu lagi dengannya dimana dia masih
sendiri dan mengingat kita sekaligus masih mencintai kita? Sebuah dilema yang
dirasakan Jesse dan Celine ikut saya rasakan walaupun tidak diungkapkan secara
gamblang dalam film ini.
+ komentar + 1 komentar
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif : arena-domino.net
100% Memuaskan ^-^
Posting Komentar